Wawancara Eksklusif Ratu Hemas (2)

"Partai Politik Manfaatkan Perempuan"

VIVAnews - Sejak 2004, Gusti Kanjeng Ratu Hemas berada di Senayan sebagai satu dari empat anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta. Tak banyak gebrakan DPD karena memang kewenangan lembaganya sangat terbatas jika dibandingkan tetangganya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pemilu 2009 ini, isteri Sri Sultan Hamengku Buwono X ini kembali mencalonkan diri sebagai anggota DPD. Hemas tak mau maju sebagai calon anggota DPR karena mengaku tak percaya dengan partai politik.

Apa yang membuat perempuan yang menamatkan sekolah menengah dengan nama Tatiek Dradjad Supriastuti ini menghindari partai politik? Simak wawancara eksklusif Arfi Bambani Amri, Nenden Novianti, A Rizalludin (videografer) & Tri Saputro (fotografer) dari VIVAnews dengan Ratu Hemas di kediaman pribadinya di Jalan Suwiryo No 37, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 24 November 2008:

Mengapa tidak mencalonkan diri saja sebagai anggota DPR? Pasti jadi karena masyarakat Yogya akan banyak memilih.

Karena sampai sekarang tidak ada partai politik yang bisa saya percaya. Satu, kenapa saya tidak bisa percaya partai politik, setelah tahu bahwa partai politik mengambil perempuan untuk didudukkan sebagai anggota legislatif tanpa jelas wanita yang punya kompeten. Kita tidak mengatakan wanita tidak kompeten, tapi harusnya setiap partai politik itu memberikan pendidikan politik pada perempuan. Tapi kita lihat sekarang, wanita calon anggota legislatif sekarang background-nya bukan politik. Ada bintang film, ada dagelan. Jadi nanti isinya saya tidak tahu, kalau memang mereka jadi (anggota DPR) tanpa background politik dan belum pernah mendapatkan pendidikan politik, menurut saya rawan bangsa ini. Apa lebih bagus dari sistem yang sekarang? Makanya saya tidak percaya dengan partai politik yang memanfaatkan perempuan.

Jadi artinya masih percaya dengan DPD untuk 5 tahun yang akan datang?

Kalau saya punya kemauan inginnya bisa tercapai. Saya masuk dalam tim yang mengupayakan amandemen UUD yang kelima. Amandemen kelima sebetulnya sudah harus terjadi pada 2007 untuk keberadaan konstitusi yang lebih baik.

Pada amandemen yang keempat masih tumpang tindih, belum sempurna, termasuk kewenangan DPD. Seharusnya DPD dan DPR itu menjadi partner dalam 2 lembaga yang berbeda. Seharusnya ada checks and balances yang dimasukkan dalam amandemen itu.

Jadi itu programnya jika terpilih lagi?

Iya. Tekad besar banget.

Sebenarnya Anda melihat masa depan demokrasi Indonesia bagaimana?

Kalau melihat jumlah partai politik yang semakin besar, saya tidak bisa mengatakan kualitasnya bagus atau jelek, kita kembali pada tahun 1950-an. Bangsa ini memulai kembali tatanan yang dulu sudah tertata. Seharusnya tidak sedemikian banyak. Mengapa banyak, karena partai yang lama saja tidak bisa dipercaya. Partai-partai akhirnya mewakili komunitasnya sendiri. Kiai-kiai membikin partai sendiri. Yang saya khawatirkan adalah perpecahan bangsa ini.

Rusia Sebut AS Buru-buru Tuduh ISIS Atas Serangan Gedung Konser di Moskow

Saya kira seperti waktu Undang-undang Pornografi disahkan, kami berhubungan dengan masyarakat Papua. Bagaimana kalau ini disahkan? "Nggak apa-apa, cepat disahkan saja, supaya kami cepat-cepat memisahkan diri" (Ratu Hemas mengulangi pernyataan Orang Papua yang ditemui--red). Ini kan satu kata-kata yang sangat membahayakan. Mereka sudah cukup kecewa dengan program-program pembangunan.

Posisi media di mana? Di tengah ketidakpercayaan daerah terhadap pusat?

Sebetulnya media memiliki kewenangan cukup besar. Bisa memberitakan hal-hal yang tidak benar sebagai tidak benar. Sebetulnya media mengetahui sebegitu banyak persoalan, tapi tidak semua dimunculkan. Ada satu kepentingan-kepentingan kelompok. Kalau baca koran, bingung saya. Yang satu membahas politik, satu membahas ekonomi. Mengapa sih tidak pernah jelas? Sinetron itu tidak ada yang memakai kekerasan, semuanya kekerasan. Apa
yang terjadi pada anak-anak kita nanti. Justru kekerasan itu dimunculkan di televisi. Waktu eksekusi (Amrozi) kita lihat pro-kontra mengenai jihad, pada akhirnya dilihat masyarakat jihad itu ada satu pilihan saja yaitu dengan kekerasan.

Sandra Dewi dan Suaminya, Harvey Moeis

Wawancara Lawasnya Jadi Sorotan, Sandra Dewi Ogah Disebut Hidup Bak di Negeri Dongeng

Kehidupan pribadi Sandra Dewi mendadak jadi sorotan pasca penetapan status tersangka suaminya, Harvey Moeis oleh Kejaksaan Agung.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024