Arah Investasi Sepekan

Indeks Saham Berpeluang Menguat

VIVAnews - Beberapa minggu depan akan menjadi kunci ke mana arah indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia akan berjalan, apakah mematahkan garis tren turun/down trend yang telah terbentuk (back in bullish teritory) dalam jangka menengah atau akan kah tetap berjalan di zona tren koreksi (bearish).

Pemprov: Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan

Tentunya ini mengindikasikan bahwa pasar (market) masih 'memelihara peluang dan momentum' untuk terapresiasi (menguat) ke depannya. (Ada fase perbaikan kinerja/equity recovery yang akan dimulai akhir tahun ini).

IHSG sekarang menjadi bersifat sedikit resiko, tapi memiliki segudang sentimen positif untuk menguat (a little risk, a lot of return), dan dengan begitu, maka IHSG (berusaha) akan kembali ‘on track’ pada jalur yang kokoh untuk melakukan penguatan secara teknis (technical rebound) lanjutan setelah mengalami fase konsolidasi/koreksi. (Daily technical indicators are bullish).

Bursa Amerika sepanjang minggu lalu, naik (rally) berturut-turut dengan tingkat volatilitas yang relatif tinggi. Wall Street mencatat rally (terbesar sejak 1987), merespon sentimen positif setelah aksi dana talangan (bailout) pemerintah AS menyelamatkan dan memperbaiki permodalan Citigroup dengan injeksi US$20 miliar dan menjamin aset senilai US$306 miliar, serta rencana pemberian paket stimulus ekonomi lainnya di awal 2009. Langkah ini dilakukan pemerintah AS untuk menjaga kestabilan pasar keuangan (dan mencegah dampak efek dominonya).

Sementara itu, The Fed mengeluarkan paket penyelamatan ekonomi US$800 miliar dengan mengambil alih aset-aset macet (utang dan sekuritas dengan underlying asset mortgage). Data US mortgage rate 30 tahun turun 0,88 persen menjadi 5,5 persen (terendah selama 7 tahun) setelah The Fed berencana membeli US$600 miliar mortgage debt, (ini positif bagi sektor properti). Adapun total dana penyelamatan untuk sektor keuangan di AS saat ini mencapai US$1.500 miliar (11 persen dari PDB nominal AS).

Bank sentral Cina menurunkan suku bunganya 108 basis poin (bps), (terbesar selama 11 tahun), menjadi 5,58 persen, dan memberi stimulus ekonomi senilai US$586 miliar, serta menurunkan juga persyaratan pencadangan bagi bank menjadi 16 persen (dari 17 persen). Kebijakan ini diambil untuk mensiasati slowing downnya pertumbuhan ekonomi Cina yang selalu luar biasa di atas 10 persen year on year/YoY (selama 10 tahun terakhir).

Nilai tukar Rupiah masih mengalami depresiasi karena faktor capital outflow, hengkangnya hedge fund dari emerging market membuat  permintaan terhadap dolar AS terus menguat. Adanya Bank Indonesia di pasar untuk melakukan intervensi menjaga kestabilan volatilitas nilai tukar Rupiah serta untuk menahan laju depresiasi yang lebih dalam. (Tidak perlu terlalu khawatir dengan ekspor terhadap negara-negara lain, tetapi yang perlu menjadi fokus adalah tingkat konsumsi domestik). Di sisi lain, penurunan jumlah kredit (deleveraging) masih akan berlanjut, dan otomatis secara fundamental akan menekan pertumbuhan ekonomi dan bursa dalam jangka menengah.

Estimasi tekanan inflasi November akan melemah di sekitar 0,38 persen month on month/MoM (12 persen YoY) dibandingkan tekanan inflasi pada bulan Oktober lalu (0,45 persen MoM). Perlu diketahui bahwa keputusan BI rate tetap akan mengacu kepada tingkat inflasi (inflation targeting).

Kamis 4 Desember, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia akan menetapkan suku bunga acuan perbankan (BI rate), yang masih memiliki probabilitas tertahan di 9,5 persen dengan pertimbangan ekspektasi pelemahan nilai tukar Rupiah yang masih bertengger di atas level psikologis Rp 12.000, serta dorongan pencairan anggaran fiskal 2008 yang memicu dorongan demand side inflation.

Atau bisa saja ada peluang bagi BI untuk memangkas BI rate turun 25 bps, menjadi 9,25 persen, dengan ekspektasi tekanan inflasi November yang mulai menurun, serta berdasarkan juga adanya tuntutan dunia usaha karena kelesuan ekonomi global yang juga memberi efek pada penurunan produksi sektor riil, sehingga sekitar 40.000 tenaga kerja terancam pemutusan hubungan kerja (PHK).

Demokrat Munculkan Nama Dede Yusuf untuk Pilkada Jakarta 2024

Meningkatnya PHK membuat rentannya situasi sosial ekonomi, sehingga menaikkan resiko tinggi terhadap pasar. (Adapun peristiwa politik di Thailand dan India tidak memberikan dampak signifikan kepada pergerakan IHSG).

Dari sisi teknis cukup menggembirakan, pola penguatan berlanjut (golden cross) pada daily chart (sinyal adanya bullish in short-run), kendati weekly chart masih tetap menunjukkan awan bearish, dibarengi dengan indikasi positif sinyal batas bawah pembalikan arah (bottom reversal). Adapun IHSG rentan godaan aksi ambil untung (profit taking) investor, setelah dalam sepekan menguat sekitar 100 poin.

Tema perdagangan saat ini masih spekulasi beli (speculative buy), karena di posisi 'menggantung' antara perspektif jangka menengah yang masih bearish dan perspektif jangka pendek yang technical rebound dengan usahanya menembus (breakout) downtrend line jangka menengah. Dalam jangka pendek, arah market tetap naik, hanya saja akan dihiasi dengan aksi take profit

Dalam pandangan jangka pendek, kenaikan (technical rebound) yang melesat drastis, pastinya juga tidak akan terelakkan dari adanya gaya gravitasi (profit taking) sesaat. Otomatis (dengan kata lain), di hari-hari mendatang akan ada momentum aksi take profit jangka pendek, menikmati potensi keuntungan yang sudah ada (terkumpul) dari IHSG posisi bottom minggu lalu.

Dan yang ditunggu sekarang adalah momentum turn-around-nya IHSG untuk break downtrend channel line menuju uptrend, dalam beberapa minggu ke depan, yang tentunya harus didukung penuh (full-power rebound) dengan volume yang di atas rata-rata, yang didukung juga oleh Rupiah yang (harus) terus menunjukkan kestabilannya di pasar.

Target IHSG sampai akhir tahun ini bergerak di kisaran level 1.580. Dengan terus mencermati dan beli terbatas (keep watching & Buying on Weakness) saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

Penulis: David Cornelis, pengamat dan praktisi pasar modal

Smart Finance Gandeng CBI Redam Risiko Kredit Macet
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae.

OJK Beberkan Kunci Hadapi Memanasnya Dinamika Ekonomi Global

OJK meminta masyarakat untuk tidak panik merespons meningkatnya tensi geopolitik antara Iran-Israel.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024