Kanker Sebesar Telur di Mata Amir

Surabaya Post - Ruang perawatan Bona I di Instalasi Rawat Inap (Irna) Anak RSUD dr Soetomo tampak ramai, Kamis (28/1) siang. Beberapa mahasiswa akademi perawat yang tengah berpraktik sibuk bermain bersama pasien anak-anak yang dirawat di sana.

Tidak semua pasien duduk di lantai beralaskan tikar bersama para mahasiswa. Beberapa di antara mereka tetap di atas tempat tidur. Salah satunya Moh Amirul Isnaeni. Bocah berusia 6,5 tahun ini duduk tepekur di tempat tidur. Di hadapannya tergeletak lilin malam warna-warni.

Beberapa kotak sudah dibentuk seperti ayam, lainnya lagi belum tersentuh. "Ayo Amir buat telur ayam," kata salah satu mahasiswa sembari mengambil segumpal lilin malam.

Amir pun menuruti. Tiga butir bentuk telur ayam dibuatnya dari lilin malam itu. Telur buatan itu kemudian dijejerkan dengan ayam yang sudah lebih dulu jadi. Saat sedang asyik membuat satu telur lagi, mahasiswa lainnya datang sembari membawa telepon seluler berkamera.
"Amir foto dulu sama ayamnya," katanya.

Bocah bertubuh kurus ini pun langsung menghadap kamera. Tangan kanan memegang ayam buatan, di tangan kirinya sebuah telur buatan terapit ujung ibu jari dan telunjuk. Senyum," seru mahasiswa tersebut sambil menjepretkan kameranya.

Amir pun menyunggingkan sebuah senyuman. Namun ekspresi yang muncul hanyalah senyum yang dipaksakan. Mungkin Amir memang ingin tersenyum cerah di hadapan kamera. Hanya saja, benjolan sebesar telur ayam membuat bola matanya seolah hendak keluar. Benjolan itu menghalangi Amir tersenyum.

Keceriaan semasa kanak-kanak seolah sudah terenggut dari kehidupan Amir yang masih belia. Sejak Idul Fitri tahun lalu, ia harus keluar masuk rumah sakit. Penyakit leukemia yang dideritanya memaksa dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit daripada bekumpul bersama kedua kakak dan adiknya di rumah mereka di Desa Banjar Melati, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.

Menurut keterangan ibunya, Umi Musringah, awalnya Amir mengalami demam dan wajahnya terlihat pucat. Pipi sebelah kiri juga tidak bisa digerakkan, sementara di bagian mata muncul benjolan kecil. Waktu itu, mata kiri Amir juga tidak bisa berkedip.

Oleh kedua orangtuanya, anak ketiga dari empat bersaudara ini dibawa ke RS Baptis Kediri. Merasa tak sanggup menangani, amir pun dirujuk ke RSUD dr Soetomo. Ketika dirujuk, benjolan di mata Amir 'baru' sebesar kutil atau seperti jerawat.

Tidak ada yang menyangka benjolan itu membesar hingga sebesar telur ayam hanya dalam beberapa pekan. "Kadang keluar air dari matanya yang membengkak," kata Umi.

Sejauh ini, dokter yang merawat Amir memberikan perawatan berupa kemoterapi. Umi mengatakan, benjolan di mata Amir sempat mengempis usai kemoterapi ketiga. Namun beberapa hari kemudian, benjolan kembali membesar.

Hingga saat ini, Amir sudah enam kali menjalani kemoterapi. Opname di RSUD dr Soetomo juga sudah jadi bagian hidupnya. Menurut Umi, sejak divonis mengidap leukemia dengan benjolan besar di mata kiri, berkali-kali Amir menjalani rawat inap. Dalam sekali perawatan, ia setidaknya harus menginap selama 10 hari.

"Pernah opname di sini (RSUD dr Soetomo) hingga tiga minggu. Waktu itu mau CT Scan tapi alatnya lagi rusak. Jadi harus menunggu," kata Umi.

Amir juga tidak pernah tinggal lama di rumah. Ia harus rutin kontrol ke RSUD dr Soetomo minimal lima hari sekali. Tak jarang momen kontrol itu memaksanya untuk menjalani rawat inap karena kondisinya drop.

Awalnya, Amir menjalani perawatan sebagai pasien umum. Seluruh biaya pengobatan ditanggung sendiri. Namun biaya pengobatan yang begitu besar membuat orangtua Amir jatuh miskin. Rumah pun terpaksa diagunkan ke bank untuk biaya hidup.

"Bapaknya hanya petani yang menyewa lahan. Kalau Amir sedang opname ya tidak bisa menggarap sawah. Amir tidak mau ditinggal bapaknya," kata Umi.

Biaya hidup semakin besar karena Umi dan suaminya, Zaenal Arifin, harus menghidupi tiga anak lainnya. Dua anak pertama masing-masing duduk di bangku SMA dan SMP, sedangkan yang paling kecil dititipkan ke salah satu saudara.

"Saya pun sekarang terpaksa mengobatkan Amir menggunakan surat keterangan tidak mampu (SKTM) karena saya sudah tidak punya apa-apa lagi," kata Zaenal.

Dr dr I Gede Dewa Ugrasena SpA(K) mengatakan, benjolan di mata Amir disebabkan penyebaran sel leukemia. Sel kanker yang dibawa darah berkembang di mata dan menimbulkan benjolan yang makin lama makin besar. Amir sendiri, kata Ugrasena, menderita leukemia jenis acute myelogenous leukemia (AML). Ini termasuk kasus yang sangat jarang terjadi. Bahkan dalam satu tahun terakhir RSUD dr Soetomo tidak pernah menangani kasus semacam itu.

"Saya sendiri terakhir kali menangani kasus semacam ini sekitar enam-delapan tahun lalu," kata dokter spesialis anak bidang penyakit darah dan kanker itu.

Ugrasena menambahkan, untuk saat ini pengobatan yang diberikan hanya kemoterapi. Pasalnya, Amir tergolong pasien relapse atau kambuhan. Parahnya, penyakit Amir kambuh di saat ia masih menjalani perubahan.

"Protokol pengobatan terpaksa kami ubah dan semuanya harus diawali dari nol lagi. Obat untuk kemoterapi juga kami ganti," kata Ugrasena.

Mengenai benjolan di mata Amir, lanjut Ugrasena, nantinya bisa mengempis jika tubuh bisa bereaksi terhadap obat yang diberikan. Dia akan berusaha mengobati sebaik mungkin sekali pun peluang hidup untuk penderita leukemia jenis AML tidaklah besar.

Laporan: Reny Mardiningsih

Tabrak dan Hendak Rampas Mobil, 6 Debt Collector Sadis Ditangkap Polres Labusel
Secret Ingredient Viu

Siap-Siap Baper, Nicholas Saputra Terjebak Cinta Segitiga dengan Aktris Filipina dan Aktor Korea

Berperan sebagai Chef Arif, Nicholas Saputra sedikit banyak juga harus mempelajari soal dunia dapur sebelum memulai syuting.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024