Harga Alat Musik Naik 5 Persen

VIVAnews - Harga alat musik rata-rata naik 5 persen akibat pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.

ASN dari 25 Instansi Sudah Siap Pindah ke IKN

"Rupiah yang fluktuatif membuat kami kebingungan menentukan biaya produksi," kata Presiden Direktur PT Yamaha Music Manufacturing Asia (YMMA) Takeshi Ichikawa di Cikarang Barat, Bekasi, Senin, 1 Desember 2008.

Yamaha Music dalam produksinya harus memasok 55 persen bahan baku impor yang berupa komponen elektronik, middle fiber board, dan plastik dari Selandia Baru, Taiwan, Jepang, dan Singapura.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Fahmi Idris memperkirakan kinerja ekspor industri alat musik akan ikut turun akibat krisis yang terjadi saat ini. "Namun tidak terlalu signifikan, misalnya Yamaha yang biasanya mampu ekspor 95 persen turun jadi 85 persen," jelasnya di kesempatan yang sama.

Akibat krisis itu pula, dia menambahkan, investasi di sektor alat musik tersebut tahun depan diperkirakan tidak akan bertambah. "Untuk bertahan saja sudah bagus, karena produknya barang kebutuhan sekunder," kata Fahmi.

Hal senada juga dilontarkan Takeshi Ichikawa. Menurut dia, belum ada keputusan dari pusat (Jepang) untuk menambah investasi baru.

Yamaha Music terakhir investasi pada tahun 2000, berupa pabrik speaker di Pasuruan. Secara total, Yamaha Music mempunyai lima pabrik di Indonesia, di antaranya Cikarang, dua pabrik di Pulogadung, Surabaya, dan Pasuruan.

Sedangkan industri alat musk di Indonesia terdiri dari 13 perusahaan dengan total produksi hingga kini mencapai 108.598 juta unit senilai Rp 2,2 triliun. "Total karyawan yang dipekerjakan di industri ini sebanyak 17.174 orang," jelas Fahmi.

Jelang Satgas RAFI, Dirut Pertamina Patra Niaga Gerak Cepat Cek Kesiapan Layanan Avtur di Lapangan

Sementara itu, nilai ekspor hingga kini mencapai US$391 juta dan nilai impor sebesar US$ 5 juta. "Jepang merupakan investasi alat musik terbesar di Indonesia, dibandingkan negara lain," ujar dia.

Ilustrasi narkoba.

Penyebaran Narkoba Jenis Fentanil Jadi Ancaman Global

Meningkatnya jumlah obat-obatan sintetik yang mengkhawatirkan, khususnya Fentanil, yang telah menjadi penyebab utama kematian di kalangan warga AS berusia 18-45 tahun.

img_title
VIVA.co.id
19 Maret 2024