Noordin M Top

Buronan Nomor Wahid

Sampai hari ini, nama Noordin M. Top masih tercantum dalam daftar pencarian orang (DPO) polisi. Sepak terjang pria  kelahiran Johor, Malaysia 11 Agustus  1969 sebagai dalang beberapa aksi terorisme, membuatnya menjadi buron nomor wahid.

NASA Sebut Ada Lebih dari 5.000 Planet di Luar Tata Surya, Begini Penjelasannya

Polisi belum berhenti memburunya, sebab dipastikan Noordin dan jarannya masih aktif beroperasi dan merencanakan aksi teroris di Indonesia.

Ciri-ciri Noordin yang digambarkan polisi adalah, memiliki tinggi badan 173 cm, tidak berkacamata, badan gempal, berkulit kuning cerah, bila jambang dicukur akan terlihat jelas bekasnya, dan selalu membawa tas kecil. Dengan logat melayu, cara berbicara Noordin sangat meyakinkan.

Guru dan IRT Jadi Korban Pinjol Ilegal Terbanyak, OJK: Cek Legalitas dan Logis Sebelum Pinjam

Kemampuannya untuk meyakinkan orang membuatnya punya posisi penting dalam jaringan Jamaah Islamiyah (JI). Noordin adalah sosok karismatik di mata pengikutnya, pengaruhnya mampu merekrut para sukarelawan bom bunuh diri.

Bersama Azahari bin Husin yang tewas dalam penggerebekan polisi di Malang, 9 November 2005, Noordin adalah otak dibalik beberapa serangan terorisme di Indonesia termasuk Bom Bali 2002. Dalam kasus ini 202 orang tewas, sebuah kejadian bom bunuh diri paling fenomenal di Asia Tenggara.

Rendahnya Literasi Keuangan Picu Meningkatnya Korban Pinjol Ilegal

Jika Azahari bertanggungjawab dalam perakitan bom, Noordin berperan merekrut relawan bom bunuh diri dan menentukan strategi. Pendanaan untuk operasional kegiatan Jamaah Islamiah juga jadi tanggungjawabnya.

Pengaruhnya tak hanya mempan di internal Jamah Islamiah, tapi juga organisasi lain. Noordin pernah merekrut anggota Darul Islam sebagai pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott Jakarta pada Agustus 2003

Jejak Noordin kembali terlacak dalam penemuan bahan peledak di Palembang, Sumatera Selatan Selasa, 1 Juli 2007. Sebanyak 21 bom waktu ditemukan, 16 bom siap digunakan. Menurut Jendral Sutanto, mantan Kepala Polisi, puluhan bom yang ditemukan di Palembang memiliki daya ledak lebih mematikan dari bom yang digunakan dalam aksi teror di Indonesia selama ini.

Dalam kasus itu, 10 orang bawahan Noordin ditangkap. Penangkapan itu membuktikan jaringan Noordin dipastikan masih eksis paska kematian Azahari.

Kelompok Palembang, bentukan Noordin, sempat merencanakan mengebom tempat hiburan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, pada Juli 2007.  Rencana ini gagal karena keburu digrebek polisi.

Penasihat senior International Crisis Group (ICG) Sidney Jones mengatakan kelompok Noordin tak lagi satu kesatuan dengan induk Jamaah Islamiyah (JI).  Kelompok sempalan JI ini justru lebih berbahaya.






Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya