Duet Budaya Yudhoyono dan Kalla

Bila Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada akhirnya berduet kembali di bursa pemilihan calon presiden 2009, sebenarnya bukan kejutan. Sebab, sejumlah kalangan, sejak awal sudah membaca tanda-tanda itu.

Rusia Telah Menangkap Pemodal Teroris Serangan Moskow, Ternyata Dikirim Melalui Ukraina

Realitas politik yang terjadi selama empat tahun terakhir, Yudhoyono dan Kalla merupakan tokoh publik yang paling berpengaruh di negeri ini. Bila keduanya maju bersama, maka kekuatan mereka sulit ditandingi kandidat-kandidat presiden lain. Duet Yudhoyono dan Kalla sejauh ini boleh dibilang paling mapan sehingga besar kemungkinan memenangi Pemilihan Umum Presiden 2009.

Bandingkan dengan kesiapan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Mantan presiden Republik Indonesia yang sudah mendeklarasikan untuk maju dalam pemilihan presiden tahun depan ini belum mempunyai pasangan. Misalnya, menentukan apakah wakilnya berasal dari tentara atau tokoh muslim.

Terungkap, Alasan Rizky Irmansyah Sukses Curi Perhatian Nikita Mirzani

Menurut pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies J Kristiadi kepada wartawan VIVAnews Siswanto, yang jelas, keunggulan yang kini dimiliki Yudhoyono-Kalla ialah sudah modal strategis. Modal stragetis itu yakni mereka bisa mengatakan kepada publik bahwa selama memimpin Indonesia sudah berbuat banyak untuk rakyat.

Tetapi, Yudhoyono dan Kalla juga memiliki kelemahan. Berbagai kalangan menilai selama memimpin negeri, Kepala Negara amat lamban dalam tataran pengambilan keputusan. Sebaliknya, Yudhoyono bisa menyampaikan argumentasi balik. Misalnya, pemerintah lamban karena memang sistem politik di Indonesia masih kacau, antara multipartia atau presidensial.

Top Trending: Suami Sandra Dewi Punya Saham Triliunan, Ramalan Jayabaya Soal Masa Depan Indonesia

Kompetitor terkuat Yudhoyono sebenarnya Megawati. Tetapi, menurut Kristiadi, Megawati sejauh ini masih mengalami kesulitan mencitrakan diri sebagai calon presiden terbaik. Kecuali ia memiliki kecerdasan dengan menempatkan diri sebagai oposan. Artinya, putri Bung Karno ini mesti mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintahan Yudhoyono.

Hanya saja, langkah oposisi ini bisa diserang balik menggunakan jurus hasil pemerintahan semasa Megawati menjadi presiden. Kebijakan-kebijakan Megawati yang tidak berhasil bisa menjadi senjata serangan balik.

Artinya, kekuatan Megawati masih sulit menandingi kekuatan gabungan Yudhoyono dan Kalla. Megawati tidak memiliki ruang gerak yang leluasa untuk menggarap isu kebijakan Presiden Yudhoyono-Kalla.

Kultur antara Yudhoyono dan Kalla semakin menunjukkan unsur kimiawi yang terkonsolidasi. Sifat tegas yang dimiliki Kalla sebagai putra Bugis, secara tidak langsung telah merembet ke pembawaan Yudhoyono. Misalnya, Yudhoyono bisa sangat tegas agar menteri Kabinet Indonesia Bersatu disiplin. Artinya, sifat Yudhoyono dari sisi rasa Jawa sudah mulai tune in dengan rasa Bugis.

Begitu juga dengan Kalla. Selama membantu Yudhoyono, Kalla juga menunjukkan rasa ewoh pekewoh. Misalnya, Kalla memilih untuk tidak mendahului Yudhoyono dalam berbagai hal. Meskipun, realitas politik menyebutkan suara yang dimiliki Partai Golongan Karya jauh lebih besar dari yang pernah diraih Demokrat.

Kristiadi menyebut, Kalla merupakan orang Bugis yang memiliki perasaan rumongso (tidak merasa lebih bisa). Kalla sosok yang memiliki budaya tidak adigang adigung adiguno atau tidak hanya sebatas berpikir berasal dari partai besar sehingga pasti menang. Ia memilih realistis. Misalnya bila memang Yudhoyono lebih popular di mata publik, maka Kalla mengakuinya.

Yudhoyono dan Kalla merupakan kombinasi kekuatan yang paling berpengaruh. Mereka memiliki modal “jualan”. Pasangan ini memiliki legitimasi dan dukungan dari partai besar. Di samping itu, mereka merupakan duet kebudayaan yang amat solid.

Perhitungan Yudhoyono mendeklarasikan diri menjadi calon presiden disusul dengan meminang Kalla menjadi wakil sudah tepat dan menguntungkan. Keuntungan yang diraih, misalnya, mengakomodasi para calon pemilih yang tidak jelas atau yang selama ini ragu-ragu.

Dengan jauh-jauh hari menyatakan siap maju menjadi presiden, Yudhoyono akan meyakinkan kepada calon pemilih bahwa ia memiliki sikap yang jelas. Sebab, bila tidak segera mendeklarasikan diri, calon pemilih bisa ramai-ramai pindah ke partai politik lain.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya