VIVAnews – Pemerintah Amerika Serikat (AS) segera mengucurkan anggaran US$250 miliar untuk membeli saham bank-bank swasta. Anggaran tersebut merupakan bagian dari dana bantuan US$700 miliar yang telah disetujui parlemen (Kongres) untuk membantu industri perbankan dari krisis keuangan sekaligus menyelamatkan ekonomi AS dari ancaman resesi yang lebih besar.
Presiden George W. Bush akan mengumumkan keputusan tersebut Selasa pagi, 14 Oktober 2008, waktu Washington DC (Selasa malam WIB). Kebijakan tersebut berkat pertemuan antara para pejabat ekonomi dengan sejumlah eksekutif dari beberapa bank utama di AS. Mereka membicarakan langkah-langkah yang mendesak untuk segera menyelamatkan industri perbankan dan keuangan dari krisis kredit macet sekaligus memulihkan kepercayaan investor.
Menurut sumber-sumber yang terlibat dalam pertemuan tersebut, dengan dana yang telah disetujui Kongres, pemerintah juga segera menjamin pinjaman antar-bank. Itu merupakan salah satu komponen penting bagi industri perbankan yang mengalami krisis kepercayaan.
Sebagai langkah awal, pemerintah menggelontorkan US$250 miliar untuk membeli saham sembilan bank besar di AS. Tahap selanjutnya akan diperluas ke bank-bank lain. Bank-bank yang sahamnya akan dibeli pemerintah diantaranya Citigroup Inc., Wells Fargo & Co., JPMorgan Chase & Co, Bank of America Corp. dan Morgan Stanley. Namun belum ada rincian mengenai seberapa banyak saham yang akan dibeli pemerintah dari bank-bank tersebut. Demikian ungkap seorang pejabat yang tidak mau disebutkan namanya.
Pembelian saham perbankan tersebut akann dilakukan sebelum akhir tahun ini. Bush pun akan mengucurkan lagi US$100 miliar sehingga dana dari pemerintah yang tersisa masih US$350 miliar. Selain membeli saham bank-bank swasta, pemerintah melalui Federal Deposit Insurance Corp. untuk sementara waktu akan menyediakan jaminan pinjaman antar bank. (ap)
Coba-coba Bikin Mobil Listrik, Xiaomi Dibuat Kaget
Permintaan untuk mobil sedan listrik Xiaomi SU7, jauh lebih tinggi dari yang diprediksi oleh perusahaan. Hal ini diungkapkan oleh Chief Executive Officer Xiaomi, Lei Jun.
