VIVAnews- Pemerintah Kamboja meminta wakilnya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menginformasikan konflik Thailand-Kamboja kepada Dewan Keamanan PBB. Demikian diungkapkan Menteri Luar Negeri Kamboja, Hor Namhong, dalam jumpa pers Kamis, 16 Oktober 2008 seperti dikutip dari harian The People's Daily.
Kamboja juga akan mencari media diplomasi lain untuk menyelesaikan konflik perbatasan dengan Thailand yang telah berlangsung berbulan-bulan. Namhong menganggap Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berada di pihak Thailand. Tahun ini, Thailand akan menjadi tuan rumah Sidang ASEAN ke-14, sehingga Kamboja merasa perlu menemukan mediator lain.
Menanggapi klaim pemerintah Kamboja, juru bicara Kementrian Luar Negeri Thailand, Tharit Charungvat dalam kesempatan terpisah mengatakan bahwa para anggota ASEAN cukup memahami sengketa perbatasan Thailand-Kamboja. Oleh karena itu, mereka tidak akan memihak siapapun seperti yang dituduhkan pemerintah Kamboja.
Semua negara anggota memiliki penilaian masing-masing dan kebebasan menerapkan politik luar negeri mereka, lanjutnya. ASEAN telah berdiri selama 40 tahun, ada anggota baru dan lama, sehingga sudut pandang bisa berubah, tambah Tharit.
Tharit juga mengatakan bahwa sebanyak 432 dari 1.500 warga Thailand yang sebelumnya berada di Kamboja, Rabu kemarin telah mendarat di Thailand. “Kami telah meyakinkan mereka untuk pulang dengan menggunakan penerbangan Thai Airways, “kata Tharit.
Menyusul gencatan senjata yang terjadi kemarin, Kamis ini sebanyak lebih dari 400 tentara Thailand telah diterbangkan ke Kamboja. Penduduk desa yang tinggal dekat perbatasan Thailand-Kamboja, kutip harian The Bangkok Post, terus memonitor perkembangan situasi dan bersiap melakukan evakuasi bila sewaktu-waktu baku tembak kembali terjadi.