Cenko-Asing Jalin Kerja Sama

VIVAnews - PT Central Korporindo International Tbk/Cenko (CNKO) dikabarkan berhasil meraih kontrak pengadaan batu bara dari institusi asing, selain perusahaan lokal.

"Kontrak sudah ditandatangani," ujar sumber VIVAnews di Jakarta, Rabu malam, 6 Mei 2009.

Dia menambahkan, selain berhasil memasarkan produksinya ke mancanegara, perusahaan asing tersebut kabarnya mengajak perseroan membentuk usaha patungan (joint venture) untuk menggarap proyek-proyek tambang lainnya.
 
Jafar Chan, sekretaris perusahaan Central Korporindo ketika dikonfirmasi mengatakan siap membuka diri bila ada perusahaan atau institusi asing yang ingin menjalin kerja sama dengan perseroan. "Kami welcome," tuturnya kepada VIVAnews di Jakarta, Kamis, 7 Mei 2009.

Namun, dia mengakui, pemasaran produksi batu bara perseroan masih fokus untuk pasar domestik dan belum merambah mancanegara. Sebab, kalori batu bara CNKO terbilang rendah. "Jadi, kita masih memasok perusahaan lokal," ujar Jafar.

Per 31 Maret 2009, Danny Tanoto BSC memiliki saham berkode CNKO sebesar 6,46 persen, Ku Chee Heong 5,74 persen, PT Saibatama Internasional Mandiri 25,28 persen, dan PT Sinarmas Sekuritas sebanyak 524 persen. Sedangkan sisanya dimiliki publik.

Pada perdagangan Rabu, 6 Mei 2009, CNKO ditutup menguat Rp 3 (5,17 persen) di level Rp 61. Broker PT Anugerah Securities Indah dengan kode broker ID tercatat sebagai broker yang paling banyak mengoleksi saham Central Korporindo.

Menurut pengamat pasar modal Teguh Ramadhani, bila ada perusahaan asing yang tertarik membeli produksi batu bara perseroan bakal mendongkrak kinerja. Sebab, diketahui kadar batu bara CNKO rendah dan lebih laku hanya untuk pembangkit listrik atau tenaga gas.

"Tapi, semua itu mesti dilihat dulu berapa nilai kontrak yang didapat," ujarnya.

Sebelumnya, perseroan diketahui masih melanjutkan kontrak penjualan batu bara dengan PT Indonesia Power sebanyak empat juta metrik ton. Pelaksanaan kontrak berlaku selama empat tahun.

Namun perseroan berharap, program percepatan kelistrikan 10.000 megawatt dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berpotensi meningkatkan penjualan batu bara ke pembangkit lain selain Indonesia Power.

Untuk usaha di bidang ketenagalistrikan, perseroan berupaya merealisasikan proyek PLTU di Pangkalan Bun, Provinsi Kalimantan Tengah, serta Rengat dan Tembilahan di Riau. Masing-masing pembangkit listrik itu memiliki kapasitas terpasang 2x7 megawatt.

"Perseroan merupakan pemasok tunggal energi listrik di masing-masing wilayah tersebut," kata manajemen. Apalagi, pembangkit yang saat ini beroperasi merupakan pembangkit listrik tenaga diesel dengan biaya produksi tinggi.

Namun, pelaksanaan pembangunan PLTU di ketiga lokasi itu terkendala kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, revaluasi yuan terhadap dolar AS, dan kenaikan harga batu bara. Hal itu berakibat pada membengkaknya biaya proyek dibanding rencana semula.

Sepanjang 2008, perseroan mencatatkan kenaikan pendapatan hingga 5,32 persen atau menjadi Rp 281,64 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 267,40 miliar.

Pertumbuhan tersebut juga diikuti peningkatan laba bersih yang mencapai Rp 1,65 miliar atau naik 10,08 persen dari 1,50 miliar.

Hati-hati Pergi Berlibur saat Idul Fitri
Penyidik menelusuri lokasi penembakan pada acara Idul Fitri di Philadelphia.

Baku Tembak Terjadi di Philadelphia AS Saat Perayaan Idul Fitri, Polisi Tahan 5 Orang

Polisi menyebutkan motif penembakan itu belum jelas.

img_title
VIVA.co.id
11 April 2024