Krisis Keuangan Global

Dolar Naik Banyak, Pasar Komputer Terenyak

Industri komputer sangat rentan terhadap gejolak ekonomi, khususnya pergerakan nilai tukar rupiah dibanding dolar AS. Turunnya nilai tukar rupiah, dari kisaran 9200-9300 per dolar AS ke angka 9700 tentu sangat berpengaruh ke pasar. Apalagi di awal Oktober ini rupiah sempat anjlok di angka 10 ribu lebih per dolar.

Dari hasil pengamatan VIVAnews di pusat perdagangan komputer di Jakarta, baik di Harco Mangga Dua, Mall Mangga Dua dan sekitarnya, perubahan pasar sudah terasa. Menurut Alex Zurrie, seorang Product Manager dari Spectrum Utama mengatakan bahwa saat ini market cukup sepi. Melihat minat beli yang kurang perusahaannya kini lebih berkonsentrasi untuk maintenance customer yang sudah ada. Pasokan barang dari pelabuhan yang terhambat juga merupakan kendala yang cukup mengganggu distribusi. “Was-was juga kalau barang kosong, padahal kami sedang persiapan untuk Indocomtech,” ucapnya.

Naiknya kurs dolar juga dikeluhkan Dina, Marketing Manager AOC Representative Indonesia. Di saat pasar belum pulih dari libur lebaran, terjangan krisis ekonomi global dan anjloknya kurs rupiah juga membuat grafik penjualan menurun. “Kita sangat berharap semoga perekonomian minggu-minggu ini akan membaik. Harapannya, di November nanti menjelang Indocomtech, semua sudah normal kembali,” ucapnya ketika diinterview VIVAnews

Reza Gardino, Product Manager dari E Media Devices mengatakan penurunan pasar komputer mencapai sekitar 30-40 persen. Semua dalam kondisi menunggu. “Di satu sisi, konsumen masih sepi, mungkin karena efek libur lebaran masih terasa. Di sisi lain, dealer juga menahan pembayaran ke distributor menunggu kurs dolar turun, karena mereka membayar dengan rate dolar. Nah, karena dealer tidak mau membayar, distributor juga menahan barang untuk tidak dikirimkan ke dealer,” ucapnya. “Begitu juga distributor dari vendor di luar negeri ke distributor di Indonesia. Mereka menahan barang untuk tidak segera dimasukkan ke pasar sini. Di level vendor dan distributor sendiri sebenarnya tidak ada kenaikan harga. Turunnya nilai rupiah yang membuat harga terkesan naik,” tambahnya. Hal serupa juga diamini oleh Felix Wu, Marketing Officer dari Supertone, distributor produk monitor dan notebook.

“Kalau nilai kurs masih di atas Rp 9800 per dolar sampai dengan akhir bulan Oktober, maka kemungkinan besar harga-harga komputer akan naik. Saat ini kenaikan hanya terjadi di beberapa merek produk, terutama yang menjual ke pengguna dalam dolar AS,” tutur Yenny, Marketing Communication dari Astrindo Senayasa. “Gejolak pasar yang terjadi kemarin lebih ke arah sentimen bukan fundamental, masih di ranah finansial belum ke sektor real. Tapi imbasnya baru akan terasa sebulan ke depan, jika sektor finansial belum juga membaik.”

Kurs dolar yang stabil, meskipun ada di level 9500 rupiah per dolar dipercaya dapat meredam masalah. “Asalkan kurs tidak naik turun drastis seperti roller coaster setiap jam, market akan bisa beradaptasi dengan itu,” ungkap product Manager dari Nusantara Eradata yang menolak disebutkan identitasnya. “Kalau kondisinya seperti itu, toko jadi ngeri menyiapkan stok barang, takut rugi,” tambahnya.

Informasi di tingkat reseller, pengunjung yang datang pada minggu-minggu ini juga terasa berkurang. Penurunan bisa mencapai 30-40 persen. Ini disinyalir karena kurs yang naik dari nilai sekitar Rp 9500 per dolar sebelum lebaran. Demikian pula pasokan barang yang turun sekitar 30 persen. “Harga komputer naik, terutama spare-part untuk PC,” ucap Iwan, seorang staf toko Karya Citra Computers di bilangan Harco Mangga Dua. “Omset rata-rata menurun sekitar 25 persen. Kalau hari biasa kami bisa menjual sampai 10-15 unit, sekarang ini paling hanya bisa menjual 7-8 unit saja,” keluhnya.

Prediksi Semifinal Piala FA: Coventry City vs Manchester United

KCC Harco Mangga Dua

Pengunjung yang datang juga umumnya mengeluh dengan harga produk komputer saat ini. Menurut Andri, seorang staf dari Premium Com, meskipun pengunjung tetap datang tetapi mereka terpaksa merogoh kocek lebih dalam. Yang paling terasa akibat kenaikan kurs adalah PC dan komponennya, meskipun dari distributor sendiri tidak ada kenaikan harga barang. “Saat ini kami juga lebih banyak maintain dengan pelanggan lama, meskipun pembeli masih tetap datang. Komponen yang lumayan bagus penjualannya contohnya seperti speaker atau MP3 player,” imbuhnya.

Tidak hanya PC, konsumen notebook juga terkaget-kaget setelah datang ke reseller untuk membeli produk. “Walau kaget, tetapi umumnya mereka tetap beli karena sudah jauh-jauh datang dan tidak ingin bolak balik. Tetapi penurunan jumlah pembeli tetap terjadi,” ucap Hendar dari 3G Power, distributor resmi produk Acer. Menurut Wahyu, teknisi dari salah satu gerai resmi produk-produk HP penurunan mencapai 20 persen. “Harga-harga sendiri naik sekitar 5 sampai 10 persen,” ucapnya. Dari pasokan sendiri, khusus untuk notebook atau printer masih tetap lancar seperti biasa.

Rumah di Bangkalan Hancur Usai Petasan Meledak, 3 Orang Jadi Korban

Premium Com Harco Mangga DuaLalu, bagaimana komentar pengguna? Dari beberapa pengguna ataupun calon pengguna yang sempat VIVAnews tanyakan, umumnya mereka merasa berat dengan adanya kenaikan harga. Ilham contohnya. Mahasiswa dari salah satu universitas swasta di Jakarta ini membeli komputer karena kebutuhan. Akan tetapi, dengan kenaikan harga-harga, sementara penghasilan tidak bertambah, pembelian komputer jadi terasa semakin berat. 

Sedikit berbeda dengan Andre, seorang karyawan swasta di industri otomotif. Ia malah bersyukur karena sudah sempat merakit komputer sendiri sebelum lebaran lalu. Meskipun harga-harga mulai merangkak naik saat itu, tetapi akan lebih mahal jatuhnya jika ia terlambat membeli.

Kenaikan harga juga sempat membuat kaget Karuna, seorang mahasiswa tingkat akhir sebuah universitas komputer di Jakarta. Meski ia belum ada rencana membeli komputer ataupun komponen dalam waktu dekat, tak pelak kenaikan yang mencapai 30 sampai 50 ribu per unit produk membuatnya terpana.

Politisi DPP PKB, Daniel Johan

DPP Berani Ungkap Indonesia sedang Dilanda Krisis Paling Berbahaya

Ketua DPP BERANI, Lorens Manuputty menyoroti tiga krisis yang terjadi di Indonesia saat pelantikan tersebut. Menurut dia, Indonesia saat ini sedang mengalami krisis yang

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024