Rencanakan Hidup dengan Asuransi

Rubrik Konsultasi Asuransi ini diasuh oleh Eddy KA Berutu, pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia bidang Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan. Pembaca dapat mengirimkan pertanyaan atau berkonsultasi seputar masalah asuransi. Pertanyaan dapat dikirim lewat email: redaksi@kanalone.com, surat dialamatkan ke redaksi Vivanews di Menara Standard Chartered Lt. 31, Jalan Prof. Dr. Satrio No. 164, Casablanca, Jakarta atau Fax. 62-21 25532563.

Hubungan Tak Baik, Ruben Onsu dan Jordi Onsu Sudah Setahun Tak Berkomunikasi

Perjalanan hidup seseorang selalu berawal dari proses kelahiran, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, orang tua, hingga menutup mata. Sekuen atau rangkaian perjalanan tersebut tidak pernah terlepas dari berbagai perubahan di dalamnya. Dalam mengarungi perjalanan panjang kehidupan, kita berhadapan dengan berbagai kejadian penting, antara lain prosesi wisuda, memasuki bahtera pernikahan, terjun dalam dunia kerja, dan selanjutnya memasuki masa pensiun.

Sekuen kejadian tersebut berhubungan langsung dengan proses internalisasi nilai-nilai baru, adaptasi di dalamnya, dan kompensasi finansial untuk bisa memasuki jenjang tersebut. Dalam konteks pemerolehan ilmu dan pendidikan, misalnya, seorang anak memasuki bangku TK pada range usia 3-4 tahun, jenjang SD pada usia 6-7 tahun, SMP pada usia 12-13 tahun, SMU pada usia 15-16 tahun, dan Perguruan Tinggi pada usia 18-19 tahun. Masa transisi antarjenjang secara otomatis membutuhkan dukungan dana yang tidak sedikit jumlahnya.

Belajar dari Masa Lalu
Beberapa waktu lalu, saya berdiskusi dengan seorang eksekutif muda salah satu perusahan multinasional di Jakarta, sebut saja namanya Pak Jonny. Awalnya kami bertegur sapa, dan pembicaraan berlanjut ke arah diskusi tentang pengelolaan keuangan jangka panjang. Dia bercerita banyak tentang apa yang dialami oleh keluarganya pada kurun waktu 20 tahun yang lalu.

Sekilas, ada kerinduan dalam hatinya untuk bisa mengubah kondisi pada periode tersebut. Alasannya, banyak hal yang belum bisa diraihnya hanya karena keterbatasan keuangan saat itu. Dua puluh tahun lalu, kedua orang tua Pak Jonny berkonsentrasi penuh terhadap biaya pendidikan anak-anak mereka.

Saat itu, orang tuanya belum memiliki kesadaran untuk memiliki rencana jangka panjang dalam konteks perlindungan atau proteksi. Mereka belum paham terhadap manfaat proteksi dari Asuransi Jiwa, yang notabene bisa mengurangi beban finansial di kemudian hari. Ketika Pak Jonny masuk ke perguruan tinggi pada saat itu, orangtuanya harus menguras tabungan, bahkan uang yang disimpan di bawah bantal, untuk mengakomodasi kepentingan tersebut. Secara teoritis, konsep tindakan seperti itu kurang efisien karena tidak direncanakan jauh hari sebelumnya.

Momentum kedua muncul pada saat Pak Jonny melangsungkan pernikahan. Saat itu, dia dan calon istri memang sudah memiliki penghasilan. Tetapi, karena perhelatan pernikahan merupakan satu momentum yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap orang tua, prosesi pernikahan dan biaya yang muncul pun menjadi beban orang tua. Mereka harus merogoh kocek cukup tebal untuk bisa melangsungkan peristiwa penting tersebut.

Kedua peristiwa tersebut menjadi proses pembelajaran berharga baginya. Generasi seangkatannya mungkin tidak banyak yang merasakan manfaat proteksi dari Asuransi Jiwa. Kondisi itu lebih disebabkan karena sosialisasi produk Asuransi Jiwa belum segencar saat ini.

Belajar dari kasus yang dialaminya, Pak Jonny bertekad untuk melakukan proteksi terhadap setiap fase yang nantinya akan dilalui oleh anak-anaknya. Ke depannya, dia berupaya agar anak-anaknya bisa mendapatkan proteksi yang maksimal untuk berbagai kepentingan mereka.

Ketika pembicaraan semakin hangat, Pak Jonny terus berbicara secara antusias, dan saya menyampaikan satu masukan kepadanya perihal upaya proteksi untuk mempersiapkan masa depan anak-anaknya. Esensinya, untuk menghindarkan diri dari kedua pengalaman tersebut, Pak Jonny perlu mempertimbangkan pembelian polis asuransi jiwa guna mengakomodasi munculnya biaya yang besar dalam perjalanan hidup anak-anaknya.

Ketika polis asuransi pendidikan sudah melekat pada anak-anaknya, proteksi asuransi pendidikan langsung mengambil peran dalam meringankan beban finansial di pundaknya. Ketika anak-anak nantinya memasuki jenjang pernikahan pun, Pak Jonny bisa memanfaatkan dana tabungan di dalam produk asuransi, yang notabene juga mengandung unsur tabungan.

Belajar dari pengalaman Pak Jonny, seyogianya setiap orang tua mulai memikirkan langkah bijak guna memproteksi munculnya biaya besar pada perjalanan hidup anak-anak di kemudian hari. Pembelian polis asuransi jiwa, yang sesuai dengan kebutuhan, berperan signifikan bagi kelangsungan pendidikan dan sekuen kehidupan anak-anak ke depannya.

Melalui artikel ini, saya mengetuk kesadaran para ayah untuk mulai memikirkan rencana proteksi bagi anak-anak sejak dini. Hakikatnya, asuransi jiwa bisa memberikan solusi dalam konteks perencanaan keuangan sebuah keluarga. Kewajiban para orang tua dalam hal pembiayaan sekolah anak-anak, prosesi wisuda, bahkan biaya pernikahan mereka bisa terakomodasi melalui berbagai manfaat proteksi yang tersedia dalam polis asuransi jiwa. Dengan demikian, para orang tua bisa berfungsi maksimal dalam mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka.

Realisasinya, miliki polis asuransi jiwa sejak usia muda. Segera ambil langkah untuk menghubungi perusahaan atau agen Asuransi Jiwa. Anda jangan ragu-ragu untuk mendiskusikan kebutuhan keuangan Anda di masa yang akan datang, dan mintalah rekomendasi produk dan program asuransi yang cocok dengan kebutuhan Anda. Perencanaan keuangan keluarga Anda sejak dini amat menentukan berbagai keuntungan jangka panjang yang bisa Anda rasakan bersama keluarga tercinta.

Zeekr 009 Grand

MPV Semewah Alphard Ini Bisa Melesat Sekencang Mobil Sport

Mobil MPV ini bukan sembarang minivan, melainkan sebuah istana mini yang memadukan kemewahan, performa, dan teknologi canggih. Bagian belakang kabin dipisahkan dari depan

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024