Krisis Keuangan Dunia Pengaruhi Program PBB

VIVAnews - Krisis keuangan global yang sedang melanda dunia, mempengaruhi program Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengentaskan kemiskinan terutama di Afrika.

Pembunuhan Wanita Hamil di Kelapa Gading, Pelaku Rampas Ponsel Korban Sebelum Kabur

Keprihatinan ini menjadi topik yang dibahas para pemimpin dunia yang bertemu di Sidang Umum PBB pekan ini. Krisis keuangan global mengancam upaya PBB menghimpun dana dari negara donor yang sedang mengalami kesulitan keuangan.

Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan pekan lalu, bahwa dia sangat prihatin dengan perlambatan  ekonomi dan kekacauan di Wall Street yang akan memberikan dampak negatif bagi kemampuan negara-negara kaya membantu PBB mencapai tujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin yang hidup kurang dari US$ 1 per hari.

Usai PDIP, Giliran Edy Rahmayadi Daftar Bakal Cagub Sumut 2024 dari PKS

Sebelum keuangan Amerika ambruk dan menular ke seluruh dunia, Ban meminta para pimpinan dunia untuk hadir sehari lebih awal untuk pertemuan menteri tahunan di Sidang Umum PBB yang fokus pada kebutuhan pengembangan Afika. Juga menyela proses pembuatan pidato hari Kamis untuk membuat komitmen baru dalam rangka mencapai PBB Millenium Development Goals (MDG’s).

“Kita mengalami kondisi perkembangan darurat,” kata Ban dalam wawancara dengan AP.”Ini satu dari krisis rangkap tiga yang saya hadapi dalam periode jabatan ini – perubahan iklim, kondisi perkembangan darurat, dan krisis pangan global. Minggu ini dengan bantuan para pimpinan dunia, saya akan menggalang dengan sungguh-sungguh kebutuhan sumber daya dan keinginan politik setinggi mungkin yang saya bisa,” kata Sekjen PBB ke-8 ini.

Neta Siap Hadirkan Mobil Baru Rakitan Lokal di Indonesia

Pertemuan sepanjang pekan ini akan dimulai Senin, 22 September 2008 waktu New York, dengan sesi pertemuan tingkat tinggi untuk pembangunan Afrika, yang dihadiri 106 dari 192 negara anggota PBB, termasuk 34 kepala negara dan 11 kepala peramerintahan.

Penasihat Ban khusus untuk Afrika, Cheick Sidi Diarra mengatakan bahwa dia sangat prihatin dengan penurunan ekonomi dunia dia masih berharap negara-negara maju akan tetap memenuhi janji mereka untuk meningkatkan bantuan.

Dalam pertemuan di Skotlandia tahun 2005 kekuatan industri utama setuju untuk meningkatkan bantuan tahunan mereka untuk negara-negara berkembang sebanyak US$ 50 miliar pada tahun 2010, dibandingkan dengan tahun 2004, dan US$ 25 miliar dari dana itu untuk pengembangan di Afrika.

Tapi Ban mengatakan dalam laporan terakhir bahwa negara-negara donor yang kaya itu tak sanggup untuk memenuhi janji mereka, dan harus  meningkatkan jumlah bantuan US$ 18 miliar setahun, dan US$ 7,3 miliar akan dialokasikan untuk Afrika. (AP)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya