SBY dan Megawati di Konstelasi Politik 2009


VIVAnews - Prediksi peta konstelasi politik dan sosok pemimpin pada Pemilu 2009 menurut pengamat politik LIPI Fachri Ali dapat dilihat dari keterkaitan langsung seorang tokoh dan partainya. Fachri mengambil contoh Partai demokrat. Menurutnya popularitas Partai Demokrat dan SBY berjalan sebanding.

Jemaah Salat Id Bubar, Respons Mabes TNI soal Pengendara Fortuner Ngaku Adik Jenderal

Dengan demikian apabila perolehan suara Partai Demokrat naik pada Pemilu legislatif 2009 maka artinya SBY pun masih populer. Namun bila suara Partai Demokrat turun artinya popularitas SBY pun sudah luntur.

“Hal yang sama terjadi pada PDIP karena popularitas PDIP berjalan beriringan dengan popularitas Megawati,” kata Fachri Ali seusai diskusi bertajuk “Menghitung Peluang Sultan” di DPD, Jumat 31 Oktober 2008.

Angkasa Pura Indonesia Layani 4,1 Juta Penumpang di Mudik Lebaran 2024

Lebih lanjut Fachri menerangkan kasus berbeda berlaku untuk Golkar, karena partai beringin tersebut tidak memiliki figur sentra. Jika perolehan Golkar meningkat, artinya posisi Golkar sebagai parpol memang diterima oleh publik.

Namun bila suara Golkar merosot, berarti Golkar sebagai organisasi politik mulai tidak populer di tengah-tengah masyarakat. Terkait popularitas tersebut Fachri melihat SBY sebagai kasus yang agak istimewa karena popularitasnya yang cenderung konsisten.

Top Trending: Video Ceramah Sholat Idul Fitri Singgung Politik hingga 4 Ribu Pengendara Kena Tilang

Bagaimanapun menurut Fachri hal tersebut akan bergantung pada perkembangan krisis finalsial dan kemungkinan inflasi selama beberapa bulan ke depan. “Kalau inflasi terus menanjak, maka popularitas SBY akan relatif terancam. Bila itu sampai terjadi maka tokoh-tokoh baru kemungkinan bisa menjadi jauh lebih populer meski sebelumnya mereka tidak diidealkan,” katanya.

Tokoh-tokoh baru yang berpotensi sebagai alternatif tersebut adalah Sri Sultan dan Prabowo, terlebih popularitas Prabowo sekarang juga makin menanjak. Munculnya tokoh-tokoh baru tersebut juga diperkuat dengan makin berkurangnya kepercayaan publik terhadap parpol yang sudah lama eksis.

Dengan demikian bila tampil seorang tokoh yang popularitasnya melampaui popularitas parpol maka mau tak mau ia akan didekati oleh partai-partai.

Pada akhrinya Fachri menegaskan segala sesuatu bisa terjadi pada Pemilu 2009 mendatang karena politik adalah seni untuk menggabungkan berbagai kemungkinan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya