Inggris Ingin Rombak Radikal Keuangan Dunia


VIVAnews - Beberapa hari menjelang pertemuan pemimpin G20 untuk mengatasi krisis, Perdana Menteri Inggris Gordon Brown mendesak adanya perubahan radikal institusi keuangan dunia.

Dalam pidatonya di sebuah perjamuan makan malam di tempat tradisional Lord Mayor of London pada Senin, 10 November 2008, Brown mengumumkan kebijakan baru. Menurut dia, sistem keuangan internasional seperti "sebuah malam yang tak pasti."

Brown menawarkan lima rencana untuk merombak sistem keuangan internasional. Program itu antara lain rekapitalisasi bank, koordinasi kebijakan fiskal dan moneter yang lebih baik antar pemerintah, tambahan dana untuk Dana Moneter Internasional guna membantu negara miskin, menekankan perdagangan bebas, serta sistem keuangan internasional yang lebih transparan.

"Kita harus melihat ke depan," ujar Brown. "Kita bisa meraih sekarang membangun masyarakat dunia yang sesungguhnya."

Brown meminta agar negara-negara dunia menghindari sikap proteksi perdagangan menyusul krisis ekonomi. Jika itu dilakukan justru akan membuat resesi kian mendalam.

Bukan hanya Brown yang menghendaki perubahan. Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy yang mendapatkan giliran memimpin Uni Eropa, akan memainkan peran penting dalam pertemuan G20 di Washington pekan ini. Dia juga akan mendesak perubahan besar dalam sistem keuangan dunia.

Pemimpin Inggris juga menyusuri realitas yang tidak menyenangkan. Dia juga menghendaki perubahan di IMF. Namun, Direktur Pelaksana IMF Dominique Strauss-Kahn mengingatkan soal harapan perubahan seharusnya tidak berlebihan.

Karena, menurut dia, perubahan tidak bisa dilakukan dalam satu malam. Bahkan, setelah Perang Dunia II, membutuhkan waktu dua tahun untuk mencapai konsensus baru soal institusi keuangan dunia.

Syekh Abu Al Sebaa, Seorang Dermawan Penyedia Makan Gratis untuk Jemaah Umrah Meninggal Dunia

AP

VIVA Militer: Rudal Balistik Jarak Menengah (MRBM) Kheibar Shekan militer Iran

Negara Ini Tuduh Iran sebagai Negara Teroris, Kok Bisa?

Argentina menuduh Iran sebagai pelaku tindakan terorisme. Tuduhan ini muncul setelah lebih dari tiga dekade serangan yang mengakibatkan korban jiwa di Buenos Aires, Argen

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024