Kasus KPK

Yulianto Jual Rumahnya Dua Tahun Lalu

VIVAnews - Sosok Yulianto yang menurut Anggodo Widjojo hanya tokoh fiktif makin jelas keberadaannya. Orang yang diduga menyerahkan duit kepada penyidik KPK ini bukan sosok khayalan. Dia tinggal di Surabaya. Namun rumahnya di Kompleks Darmahusada Indah sudah dijualnya sejak dua tahun lalu.

Kebenaran sosok ini juga tercatat dari rekening listrik dan telepon atas nama Yulianto dengan alamat yang sama dengan tempat tinggalnya.

Pengacara Ari Muladi, Sugeng Teguh Santoso yang ditemui di Pengadilan Negeri Denpasar, Senin 9 November 2009, mengatakan, Yulianto memang bukan tokoh rekaan. Kliennya, Ary, bahkan sempat bertemu dengan Yulianto pada Maret 2009 lalu di Hotel Crowne, Jakarta.

"Di check in list booking atas nama Yulianto. Seharusnya polisi bisa cek kalau itu bukan nama rekaan. Klien saya terakhir kontak dengan Yulianto Juni, kalau ketemu langsung bulan Maret di Crowne," katanya.

Petunjuk keberadaan Yulianto lainnya, kata Sugeng, juga semakin jelas bahwa dia pernah tinggal di Perumahan Dharmahusada Indah. "Dikatakan bahwa memang ada nama itu di perumahan itu, rekening atas nama Yulianto, kemudian juga dilacak bahwa rumahitu sudah dijual dua tahun lalu atas nama istrinya," kata dia.

Sedangkan rekening listrik dan telepon atas nama Yulianto baru diubah satu bulan lalu. "Ini harus didalami karena pastinya ada orangnya dan wajahnya juga ada," kata dia.

Yulianto, menurut keterangan Ary Muladi, merupakan orang yang menerima uang Anggodo Widjojo dari Ary untuk diberikan kepada pimpinan KPK. Anggodo adalah adik Anggoro Widjojo yang tersangkut kasus suap di KPK.

Sugeng menjelaskan, saat bertemu Yulianto di Hotel Crowne, Ary menanyakan uang miliaran rupiah yang diserahkannya kepada Yulianto apakah sudah diserahkan kepada pimpinan KPK atau belum, sebab Ary mulai curiga dengan Yulianto. Sebab saat itu KPK mulai memanggil orang-orang yang terkait kasus Anggoro.

"Dia tanya ke Yulianto, uangnya sampai apa nggak sih? Yulianto bilang sampai dan sudah diklaim langsung ke pimpinan KPK. Ia sebut nama Pak Ade, Pak Yasin, Pak Chandra, Pak Bibit, Pak Bambang. Klien saya bilang, ya sudah karena ini kan soal kepercayaan," kata Sugeng.

Tom Lembong Pilih Setia di Gerakan Perubahan: Saya Satu Paket dengan Anies Baswedan

Laporan: Dewi Umaryati | Denpasar

PM Israel Benyamin Netanyahu bersama Batalion khusus Netzah Yehuda

Sepak Terjang Netzah Yehuda, Batalion Tempur Israel yang 'Digebuk' AS

Netzah Yehuda merupakan salah satu empat batalion yang membentuk brigade infanteri Kfir. Batalyon tersebut sebagian besar beroperasi di Tepi Barat yang dikirim berperang.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024